PenuntutIlmu Menurut Imam Ghozali. Muhammad Faidhur Rahman. Selasa, 15 Juni 2021 | 20:30 WIB. Mencari ilmu merupakan suatu proses yang tidak akan pernah hilang dalam kehidupan manusia. Di kehidupannya, manusia dituntut untuk selalu menggali berbagai macam keilmuan yang tersaji. Baik ilmu yang berorientasi pada kebutuhan dunia ataupun ilmu
FushushulHikam karya Ibnu Arabi Bismillaahir rohmaanir rohiim Assalamu ‘alaikum wa rohmatullahi wa barokatuhu Mengenal Fusus al-Hikam Kaitannya dengan Nubuatan/Kabar ghaib mengenai Imam Mahdi Fusus al-Hikam; Mutiara Hikmah 27 Nabi karya (Muhyiddin ) Ibnu ‘Arabi diterjemahkan dari judul asli ‘The Bezels of Wisdom’ The Missionary Society of Saint
Konseppendidikan Al-Ghazali dapat diketahui dengan cara memahami pemikirannya berkenaan dengan berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan, yaitu: tujuan, kurikulum, etika guru, dan etika murid, metode. 1. Tujuan Pendidikan menurut Al-Ghazali. Seorang guru dapat merumuskan suatu tujuan kegiatan dengan baik, jika ia memahami benar
Dalampandangan Imam al-Ghazali, manusia terbagi menjadi empat golongan: Pertama , Rojulun Yadri wa Yadri Annahu Yadri (Seseorang yang Tahu (berilmu), dan dia Tahu kalau dirinya Tahu). Menurut al-Ghazali, kelompok pertama adalah orang-orang yang ‘alim = mengetahui.
TEORI AL-GHAZALI Ahli Kumpulan: Aziella, Amin, Yap Li Qi, Loh Fang Yi, Loong Xin Yi 1.Latar Belakang Teori Al-Ghazali Latar belakang Teori Al-Ghazali • Nama sebenar Imam al-Ghazali ialah Muhamad Ahmad al-Ghazali at-Tusi. Beliau lebih dikenali dengan panggilan Al-Ghazali kerana dinisbahkan kepada nama kampung tempat kelahirannya iaitu Ghazalah yg terletak
4BOL2g. Tidak selamanya hamba Allah SWT akan selamat dari godaan setan. Dalam kitabnya, al-Kasf wa Al-Tibyan fi Ghurur al-Khalq Ajma'in Menyingkap Aspek-aspek Ketertipuan Seluruh Makhluk, Al-Ghazali menyebutkan empat kelompok manusia yang tertipu. Keempat kelompok manusia itu adalah ulama atau cendikiawan, ahli ibadah, hartawan, dan golongan ahli tasawuf. Mereka itu tertipu karena ibadahnya. 1. Ulama atau Cendekiawan Menurut al-Ghazali, banyak sekali golongan ulama atau cendekiawan yang tertipu. Di antaranya, mereka yang merasa ilmu-ilmu syariah dan aqliyah yang dimiliki telah mapan cukup. ''Mereka mendalaminya dan menyibukkan diri mereka dengan ilmu-ilmu tersebut, namun mereka lupa pada dirinya sendiri sehingga tidak menjaga dan mengontrol anggota tubuh mereka dari perbuatan maksiat.'' Selain itu, ketertipuan para ulama atau cendekiawan ini juga dikarenakan kelalaian mereka untuk senantiasa melakukan amal saleh. Mereka ini, kata al-Ghazali, tertipu dan teperdaya oleh ilmu yang mereka miliki. Mereka mengira bahwa dirinya telah mendapatkan kedudukan di sisi Allah. Mereka mengira bahwa dengan ilmu itu telah mencapai tingkatan tertinggi Lebih lanjut al-Ghazali dalam kitabnya menjelaskan, orang-orang yang masuk dalam kelompok ini adalah orang-orang yang dihinggapi perasaan cinta dunia dan diri mereka sendiri serta mencari kesenangan yang semu. Selain itu, mereka yang tertipu adalah orang yang merasa ilmu dan amal lahiriahnya telah mapan, lalu meninggalkan bentuk kemaksiatan lahir, namun mereka lupa akan batin dan hatinya. Mereka tidak menghapuskan sifat tercela dan tidak terpuji dari dalam hatinya, seperti sombong, ria pamer, dengki, gila pangkat, gila jabatan, gila kehormatan, suka popularitas, dan menjelek-jelekkan kelompok lain. 2. Golongan Ahli Ibadah Golongan berikutnya yang tertipu, kata al-Ghazali, adalah golongan ahli ibadah. Mereka tertipu karena shalatnya, bacaan Alqurannya, hajinya, jihadnya, kezuhudannya, amal ibadah sunnahnya, dan lain sebagainya. Dalam kelompok ini, lanjut al-Ghazali, terdapat pula mereka yang terlalu berlebih-lebihan dalam hal ibadah hingga melewati pemborosan. Misalnya, ragu-ragu dalam berwudu, ragu akan kebersihan air yang digunakan, berpandangan air yang digunakan sudah bercampur dengan air yang tidak suci, banyak najis atau hadas, dan lainnya. Mereka memperberat urusan dalam hal ibadah. Tetapi, meringankan dalam hal yang haram. Misalnya, menggunakan barang yang jelas keharamannya, namun enggan meninggalkannya. 3. Golongan Hartawan Dalam kelompok hartawan, ada beberapa kelompok yang tertipu. Menurut al-Ghazali, mereka adalah orang yang giat membangun masjid, membangun sekolah, tempat penampungan fakir miskin, panti jompo dan anak yatim, jembatan, tangki air, dan semua amalan yang tampak bagi orang banyak. Mereka dengan bangga mencatatkan diri mereka di batu-batu prasasti agar nama mereka dikenang dan peninggalannya dikenang walau sudah meninggal dunia. Selanjutnya, kelompok hartawan yang tertipu adalah mereka yang memperoleh harta dengan halal, lalu menghindarkan diri dari perbuatan yang haram, kemudian menafkahkannya untuk pembangunan masjid. Padahal, tujuannya adalah untuk pamer ria dan sum'ah mencari perhatian serta pujian. Lalu, mereka yang tertipu dalam kelompok ini adalah mereka yang menafkahkan hartanya untuk fakir miskin, penampungan anak yatim, dan panti jompo dengan mengadakan perayaan. 4. Golongan Ahli Tasawuf Golongan selanjutnya yang tertipu, kata Imam al-Ghazali, adalah golongan ahli tasawuf. Dan, kebanyakan mereka muncul pada zaman ini. Mereka yang tertipu adalah yang menyerupakan diri mereka dengan cara berpakaian para ahli tasawuf, cara berpikir dan penampilan, perkataan, sopan santun, gaya bahasa, dan tutur kata. Mereka juga tertipu dengan cara bersikap, mendengar, bersuci, shalat, duduk di atas sajadah sambil menundukkan kepala, bersuara rendah ketika berbicara, dan lain sebagainya. sumber AntaraBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
4 golongan manusia menurut imam ghazali